8 Tingkah Laku Anak Yang Perlu Diwaspadai
Ada cukup banyak tingkah laku anak yang wajar dilakukan, seperti merengek karena minta jajan, menangis ketika mainan rusak, lebih suka berada di kamar ketika masuk usia remaja. Semua hal tersebut cukup umum terjadi, sehingga para orangtua pun tidak begitu khawatir. Akan tetapi menurut ahli dan psikolog, terdapat beberapa tingkah laku anak yang sangat perlu bagi para orang tua untuk waspada apabila hal tersebut terjadi.
Kebanyakan orangtua pada umumnya hanya akan khawatir apabila terjadi perubahan fisik pada anak mereka, dan tidak begitu memperhatikan kondisi psikis. Sesungguhnya keduanya sama penting selama itu tidaklah berlebihan.
Waspadai Beberapa Tingkah Laku Anak Berikut Ini
Dari beragam tingkah laku anak pada umumnya, ada beberapa perubahan yang tidak boleh dianggap remeh oleh para orang tua. Berikut ini diantaranya!
1. Anak Mengalami Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar pada anak tidak berarti seperti ketika anak susah saat memahami matematika atau untuk menghafal, karena pada dasarnya manusia mempunyai kemampuan yang tidak sama. Pada seorang anak yang kurang mampu memahami salah satu pelajaran, biasanya dapat lebih mahir dalam mata pelajaran lain, begitu juga sebaliknya.
Yang dimaksud kesulitan belajar yaitu kemampuan dasar yang pada umumnya sudah bisa dilakukan oleh anak pada usianya. Sebagai contoh, pada anak dengan kondisi normal, biasanya sudah mampu membaca maksimal ketika usia 8 tahun. Sehingga apabila ada anak yang berusia lebih dari itu namun belum mampu membaca kata-kata yang sederhana, maka sebaiknya orang tua melakukan konsultasi kepada konselor atau psikolog di biro psikologi jogja terdekat.
Psikolog biasanya akan melakukan psikotes untuk mengetahui kemampuan anak, kemudian jika dibutuhkan akan memberikan rekomendasi untuk anak supaya bersekolah di tempat khusus, atau pendampingan guru khusus sesuai dengan kebutuhan. Tidak jarang sebagian orang tua menyangkal kondisi anak yang mengalami kesulitan belajar, padahal hal ini justru akan membuat keadaan semakin tidak baik. Bahkan akan mengorbankan anak untuk memperoleh pendidikan yang terbaik bagi dirinya.
2. Ketika Anak-anak Bergosip
Setiap orang tua tentunya sangat suka ketika anak-anak terbuka kepada mereka, termasuk membicarakan apapun tentang kegiatan sehari-hari, berdiskusi tentang kesulitan maupun hal-hal yang menjadikan mereka tertarik. Tetapi perlu diperhatikan bagi para orang tua supaya jangan terlalu permisif dengan membiarkan anak-anak membicarakan apapun.
Seperti pada saat anak membicarakan tentang keburukan teman-temannya, karena hal tersebut sudah menjurus pada perilaku gosip. Ketika anak melakukan hal tersebut, berikan penjelasan mengenai hikmah yang dapat diambil, dengan cara orang tua untuk mengarahkan, jangan justru ikut semakin membuat gosip menjadi bertambah seru. Mungkin terlihat serba salah karena khawatir mereka justru anak-anak malas untuk berbincang lagi, namun dengan penjelasan yang menyenangkan dan masuk akal pasti anak akan paham dan menjadi sarana mendidik mereka.
4. Punya Rencana Kabur dari Rumah
Ada beragam hal yang dapat mempengaruhi anak, baik itu pergaulan atau juga pengaruh dari apa yang mereka tonton serta juga hal lain, seringkali menjadikan anak-anak menganggap kehidupan dan berpetualang luar rumah sangat luar biasa. Jika demikian maka dengan sedikit saja tekanan yang terjadi di rumah, akan menjadi pemicu bagi anak untuk benar-benar pergi dari rumah.
Pada saat orang tua mengetahui anak memiliki rencana pergi, apalagi sampai menjadikan hal tersebut sebagai ancaman, maka sebaiknya kondisikan keadaan untuk dapat memberikan mereka penjelasan bahwa kehidupan di luar rumah tidak senyaman yang mereka anggap.
Menciptakan kondisi rumah yang damai dan menyenangkan bagi bagi seluruh anggota keluarga, akan membuat semuanya merasa nyaman saat bersama. Bahkan orang dewasa pun terkadang ingin melarikan diri dari rumah apabila berada di rumah yang tidak nyaman bagi dirinya.
5. Tidak Berani Tidur Malam
Mungkin pada awlnya menakuti anak dengan karakter hantu, polisi, dokter, dsb akan membuat anak-anak patuh dan menurut. Namun akibat kebohongan yang ditanamkan oleh orang dewasa di sekitar mereka, anak-anak kemudian akan menganggap polisi suka menangkap orang, dokter akan menyuntik siapa saja, serta hantu akan benar-benar mendatangi mereka. Akhirnya suatu saat anak akan takut ketika orang tua harus membawa mereka ke dokter atau menyuruh mereka tidur sendiri. Atau ajaklah anak untuk bertemu dengan konselor di tempat praktek psikolog jogja supaya mereka memiliki pengalaman bertemu dengan seseorang yang menyenangkan.
Orang tua perlu mengetahui apa yang sesungguhnya menjadikan anak takut tidur di malam hari. Apakah sedang tertekan disebaban pelajaran sekolah? Atau muncul bayangan dari imajinasi mereka seusai dari menonton atau ngobrol bersama teman.
Apabila anak tidak mau tidur karena merasa takut karena kegelapan, mak tak apa untuk sementara anak tidur dengan lampu menyala. Apabila mereka takut pada bagian tertentu di kamar mereka, maka bersihkan bagian tersebut sekaligus untuk membuktikan pada mereka bahwa tak ada apa-apa di situ. Namun ketika anak masih merasa khawatir untuk tidur sendirian, maka temani lalu ajak bercakap-cakap guna mengalihkan mereka dari apa yang dia takuti.
6. Memperlihatkan Tanda-tanda Depresi
Ketika pada suatu waktu anak enggan untuk makan atau bahkan terlalu banyak makan, menarik diri, mudah marah, dsb yang mengarah pada gejala depresi, hal tersebut memperlihatkan bahwa mereka sedang begitu membutuhkan kehadiran orang tuanya. Maka dekati anak dan jadilah pendengar yang baik, jangan biarkan anak berjuang sendiri menghadapi masalah mereka.
7. Tidak Mau Lagi Bermain dengan Teman
Kebanyakan anak cukup gampang melupakan masalah dan kembali berdamai setelah berselisih dengan teman mereka. Tapi apabila dalam beberapa hari anak secara mendadak tidak lagi mau berbaur bersama temannya, maka ajak anak untuk berbicara guna mengetahui apa yang baru saja terjadi.
Bisa jadi perselisihan yang terjadi saat ini kali ini terasa lebih buruk dibandingkan biasanya, sehingga mungkin membutuhkan peran dari orang dewasa guna menyelesaikan baik itu membantu saling memaafkan atau hal lain nya. Bahkan mungkin bukan hanya sekadar perselisihan biasa yang terjadi, namun bisa saja berupa pelecehan, bullying atau perbuatan kriminal lain.
8. Sering Mengalami Tantrum
Anak yang sering marah secara berlebihan, pada umumnya karena mereka mengalami kesulitan dalam mengatur emosi. Dapat juga karena anak telah mampu mempelajari kelemahan orang tua untuk memperoleh apa yang mereka inginkan.
Sebagai contoh ketika anak yang selalu menangis secara histeris pada saat keinginan untuk dibelikan mainan tidak dipenuhi oleh orang tuanya. Jadi pada saat orang tua hendak mengajak anak untuk pergi ke lokasi yang sekiranya berpotensi bertemu dengan penjual mainan, maka sebelumnya buatlah kesepakatan di awal bahwa tidak ada sesi membeli mainan di hari itu.
Ketika anak lalu melanggar kesepakatan, maka orang tua harus bertahan, abaikan saja rasa malu dengan reaksi orang-orang di sekitar yang melihat. Abaikan juga rasa kasihan pada anak yang sedang menangis, karena hal tersebut untuk kebaikan mereka sendiri. Hal ini mengajarkan anak supaya konsisten dengan ucapan dan kesepakatan yang dibuat, dan bahwa tidak segala yang kita inginkan akan kita peroleh.
Kesimpulan
Anak tumbuh dan berkembang dengan segala keunikan serta beragam masalah yang terkadang membuat orang tua tidak tahu harus bagaimana. Ada cukup banyak hal yang perlu pendampingan serta peran serta orang tua secara intensif dalam masa tumbuh kembang anak. Hal tersebut dapat diketahui salah satunya dengan mengamati tingkah laku anak setiap harinya. Ketika orang tua menemukan tingkah laku anak yang sangat berbeda dari biasanya, maka saat itulah orang tua wajib hadir dan tahu kondisi serta apa yang dirasakan oleh anak.